Kelompok – kolompok sosial
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
“ Pengantar Sosiologi “
Di Susun Oleh :
Nama
:
· Agung Prabowo
· Cici Mulyani
PRODI
:
Ø ADM. BISNIS D3
Semester : I
Dosen Pengasuh :
Nama
:
· Kuteb Syarifuddin, M.
Pd. I
SEKOLAH TINGGI
ILMU ADMINISTRASI
(STIA) SETIH SETIO
MUARA
BUNGO
2015-2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya dan Sholawat beserta salam tak lupa pula penulis
haturkan kepada junjungan kita nabi agung nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita semua dari alam kejahilan ke alam yang terang benderang yang disinari oleh
ilmu pengetahuan iman dan islam.Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing Bapak Kuteb
Syarifuddin M.
Pd. I yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul
“ Kemajemukan ( Diferensiasi Sosial ) ” ini.
Harapan kami, penyusunan makalah ini akan dapat
berguna buat saudara/i sekalian yang membacanya. Akhir kata, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membuat makalah ini, kami
pun menerima kritik dan saran dari semua pihak atau saudara/i sekalian demi
kemajuan serta kesempurnaan makalah kami.
______________________________________________________________ii
Daftar
isi
Kata pengantar ..........................................................................................................
ii
Dafatr isi
..................................................................................................................iii
BAB
I
ü Pendahuluan
· Latar Belakang
· Rumusan Masalah
· Tujuan
BAB
II
ü Pembahasan
A. Pengertian Manusia Sebagai
Makhluk Hidup
B. Kecenderungan Manusia
Berkelompok
C. Defenisi Kelompok Sosial
D. Macam – macam Kelompok sosial
E. Masyarakat Desa &
Masyarakat Kota
BAB
III
ü Penutupan
·
Kesimpulan
·
Saran
·
Daftar Pustaka
______________________________________________________iii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kelompok
sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama. Ada
aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Contoh
guru mengajar merupakan contoh kelompok sosial antara individu dengan
kelompok.
Kelompok sosial
dapat berupa kelompok sosial primer dan kelompok sosial sekunder.
Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak
langsung.Kelompok social primer dengan hubungan langsung apabila
tanpa melalui perantara.Misalkan untuk mengenal lebih jauh dari kelompok primer
dapat kita lihat yaitu pada keluarga. Sedangkan kelompok sosial
primer adalah kelompok besar didasarkan pada kepentingan yang
berbeda. Proses yang membentuk terjadinya kelompok sosial
meliputifaktor pendorong timbulnya kelompok sosial dan dasar pembentukan kelompok
sosial.
Setiap
masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan
dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula
perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga berjalan dengan
cepat.
Perubahan-perubahan
hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan
susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial, pola-pola prilaku organisasi, sususnan kelembagaan masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, kelompok sosial dan sebagainya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa Defenisi Manusia sebagai
Makhluk Hidup ?
2.
Aapa Defensi Kelompok sosial ?
3.
Apa saja Perbedaan Masyrakat Desa
dengan Masyarakat kota ?
C. Tujuan
Makalah
ini dibuat dengan maksud untuk membahas tentang dorongan yang
menyebabkan terbentuknya kelompok sosial, faktor pembentuk kelompok sosial,
ciri-ciri kelompok sosial, Manusia sebagai mahkluk hidup yang berkecendrungan
berkelompok, dan arti penting hidup berkelompok dalam kelompok sosial. Sehingga
dengan pembahasan ini diharapkan mahasiswa dapat semakin luas wawasan dan
pengetahuannya, yang akan sangat berguna ketika terjun di dalam masyarakat.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Manusia Sebagai
Makhluk Hidup
Telah
merupakan pendapat psikologi modern bahwa manusia selain merupakan makhluk
biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya, adalah juga mkhluk yang
mempunyai sifat-sifat tersendiri yang berbeda dengan makhluk dunia lainnya.
Oleh karena itu dalam mempelajari manusia kita harus mempunyai sudut pandang
yang khusus pula.
Kita
tidak dapat menjadikan manusia hanya sebagai obyek seperti pandangan kaum
materialis, tetapi kita juga tidak dapat mempelajari manusia hanya dari
kesadarannya saja seperti pandangan kaum idealis. Manusia adalah obyek yang
sekaligus juga subyek. E.Cassirer menyatakan bahwa manusia itu adalah “Makhluk
Simbolis” dan Plato merumuskan : “Manusia harus dipelajari bukan dalam
kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya.
Sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : “Manusia adalah
eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini , tetapi ia
secara aktif “mengada”.
Manusia tidak semata-mata tunduk pada
kodratnya dan secara pasif menerima keadaanya, tetapi ia selalu secara sadar
dan aktif menjadikan ia sesuatu. Proses perkembangan manusia sebagian
ditentukan oleh kehendaknya sendiri, berbeda dengan makhluk-makhluk yang
lainnya yang sepenuhnya tergantung pada alam. Kebutuhan untuk terus menerus
menjadi inilah yang khas manusiawi, dan karena itu pulalah manusia bisa
berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya, sehingga timbullah
kebudayaan dalam segala bentuknya itu, yang tidak terdapat pada makhluk
lainnya. Bentuk-bentuk kebudayaan ini antara lain adalah sistem perekonomian,
kehidupan sosial dengan norma-normanya dan kehidupan politik.
2.2 Kecenderungan Manusia Berkelompok
Manusia
adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia, secara asasi merupakan sesuatu yang
tidak dapat ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai manusia seutuhnya
hanya bila ia berada dalam kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan
bahwa sociability manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia
membutuhkan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia
sebagai human social animal yang dapat berkembang sebagai peribadi dalam
kelompok masyarakat.
Dan
bahkan kita dapat menggarisbawahi kenyataan ini, bahwa tidak seorangpun manusia
berada diluar kelompok sosial.
Seorang
individu akan lahir dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini merupakan salah satu
bentuk dari kelompok sosial. Mungkin saja ada kenyataan bahwa ada individu yang
lahir, namun dibuang oleh ibunya yang melahirkan. Peristiwa seperti ini
tidak
membuktikan bahwa manusia tidak selalu lahir dalam konteks sosial, tetapi
mengafirmasi kenyataan bahwa individu yang akan berkembang di luar konteks
keluarga tidak akan pernah berkembang sebagaimana mestinya manusia. Bahkan
dalam kenyataan bayi atau individu yang dibuang itu pasti akan menemukan
kelurganya yang baru yang bersedia memeliharanya.
Kenyataan
bahwa setiap perisitiwa pembuangan seorang individu akan selalu mendapat reaksi
negatif dari masyarakat luas, membuktikan sosialitas manusia itu sendiri.
Kelompok
sosial (Macionis, 1989:174) pada umumnya didefenisikan sebagai dua atau lebih
orang yang memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi secara
regular. Apapun bentuknya, kelompok Sosial terdiri dari orang-orang yang
memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang didasarkan pada pengalaman,
loyalitas, dan kepentingan yang sama. Singkatnya mereka sadar tentang
individualitas mereka, sebagai anggota dari Kelompok Sosial yang secara
spesifik disadari sebagai “kita”.
2.3 Defenisi Kelompok Sosial
Yang
dimaksud dengan kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang yang saling
bekerjasama, saling berinteraksi dan saling menyadari kepentingan antar sesama
anggotanya. Atau definisi kelompok sosial yaitu suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari dua individu ataupun lebih untuk saling berinteraksi. Kelompok
dapat diciptakan oleh anggota masyarakat dan kelompok juga dapat memberikan
pengaruh pada perilaku anggotanya. Contoh kelompok sosial misalnya jika
berdasarkan tempat seperti RT dan RW, jika berdasarkan suatu ikatan darah
seperti keluarga, kerabat dan lain-lain.
Adapun
penjelasan tentang kelompok sosial menurut beberapa para ahli, yang diantaranya
sebagai berikut ini:
Menurut
George Homans: Kelompok sosial yaitu kumpulan individu yang melakukan kegiatan,
interaksi & memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang
terorganisasi & berhubungan timbal balik.
Jika
menurut Hendropuspito: Kelompok sosial sebagai suatu kumpulan nyata, teratur
& tetap dari individu – individu yang melaksanakan peran – perannya secara
berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
Dan
menurut Paul B.Horton & Chester L.Hunt: Kelompok sosial sebagai kumpulan
manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya & saling berinteraksi.
2.4 Macam – macam Kelompok sosial
Menurut
Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis.
Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
• Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan
organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya.
Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
• Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk
yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial
di antara anggotanya.
• Kelompok sosial, yaitu kelompok yang
anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya,
tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan,
kerabat.
• Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang
anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi
maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan
sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh:
negara, sekolah.
2.5 Masyarakat Desa & Masyarakat Kota
a. Masyarakat Desa (Rural Society)
Secara
awam masyarakat desa sering diartikan sebagai masyarakat tradisional dari
masyarakat primitif (sederhana). Namun pandangan tersebut sebetulnya kurang
tepat, karena masyarakat desa adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan,
wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa. Sedangkan masyarakat
tradisional adalah masyarakat. yang menguasaan ipteknya rendah sehingga
hidupnya masih sederhana dan belum kompleks. Memang tidak dapat dipungkiri
masyarakat desa dinegara sedang berkembang seperti Indonesia, ukurannya
terdapat pada masyarakat desa yaitu bersifat tradisional dan hidupnya masih
sederhana, karena desa-desa di Indonesia pada umumnya jauh dari pengaruh budaya
asing/luar yang dapat mempengaruhi perubahan-perubahan pola hidupnya.
·
Adapun ciri-ciri masyarakat desa
antara lain :
1. Anggota komunitas kecil
2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan
3. Sistem kepemimpinan informal
4. Ketergantungan terhadap alam tinggi
5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak
dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritus pada
masa-masa yang dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan
syukuran pada masa panen, bersih desa.
6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi
7. Kontrol sosial antara warga kuat
8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal
9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi
pekerjaan
10. Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi)
11. Tingkat mobilitas sosialnya rendah
12. Penghidupan utama adalah petani.
b. Masyarakat Perkotaan
Warga
belajar--sekalian, Membahas masyarakat perkotaan sebetulnya tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat desa karena antara desa dengan kota ada hubungan
konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisasi,
yaitu perpindahan penduduk dari desa kekota. Masyarakat perkotaan merupakan
masyarakat urban dari berbagai asal/desa yang bersifat heterogen dan majemuk
karen terdiri dari berbagai jenis pekerjaan/keahlian dan datang dari berbagai
ras, etnis, dan agama.
Mereka
datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat yang
memiliki stimulus (rangsangan) untuk mewujudkan keinginan. Maka tidaklah aneh
apabila kehidupan di kota diwarnai oleh sikap yang individualistis karena
mereka memiliki kepentingan yang beragam. Lahan pemukiman di kota relatif
sempit dibandingkan di desa karena jumlah penduduknya yang relatif besar maka
mata pencaharian yang cocok adalah disektor formal seperti pegawai negeri,
pegawai swasta dan di sektor non-formal seperti pedagang, bidang jasa dan
sebagainya. Sektor pertanian kurang tepat dikerjakan di kota karena luas lahan
menjadi masalah apabila ada yang bertani maka dilakukan secara hidroponik.
Kondisi kota membentuk pola perilaku yang berbeda dengan di desa, yaitu serba
praktis dan realistis.
·
Ciri-ciri masyarakat kota (urban)
antara lain :
1. Kehidupan keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan
cenderung sekuler
2. Sikap mandiri yang kuat dan tidak terlalu tergantung pada orang lain
sehingg cenderung individualistis
3. Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan/
keahlian
4. Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga
berdasarkan kepentingan.
5. Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.
6. Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu
(slum)
7. Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi
8. Kontrol sosial antar warga relatif rendah
9. Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan
10. Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat dinamis, memamanfaatkan waktu dan kesempatan, kreatif,
dan inovatif.
TABEL PERBEDAAN MASYARAKAT
PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN
NO.
|
ASPEK
|
MASYARAKAT PERDESAAN
|
MASYARAKAT PERKOTAAN
|
1.
|
Lingkungan dan orientasi terhadap alam
|
Kenyataan alam sangat menunjang kehidupan
|
Cenderung bebas dari kenyataan alam
|
2.
|
Pekerjaan/ mata pencaharian
|
Yang menonjol adalah bertani, nelayan, beternak
|
Beraneka ragam dan terspesialisasi
|
3.
|
Ukuran komunitas
|
Lebih kecil dengan tingkat kepadatan rendah
|
Lebih besar dan kompleks dengan tingkat kepadatan tinggi
|
4.
|
Homogenitas/ heterogenitas
|
Homogenitas dalam ciri-ciri sosial, kepercayaan, bahasa,
adat istiadat.
|
Heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, kebudayaan,
pekerjaan, dll.
|
5.
|
Pelapisan sosial
|
Ukuran pada kepemilikan tanah, kepercayaan, bahasa, adat
istiadat
|
Ukuran pada kekayaan materi, tingkat pendidikan,
Kesenjangan sosial relatif besar.
|
6.
|
Mobilitas Sosial
|
Relatif kecil karena masyarakat homogen
|
Relatif besar karena masyarakat heterogen
|
7.
|
Interaksi Sosial
|
Bentuk umum adalah kerjasama konflik sedapat mungkin
dihindari, cenderung bersifat informal
|
Bentuk umum adalah persaingan, karena motif ekonomi,
cenderung bersifat formal.
|
8.
|
Pengawasan Sosial
|
Kualitas pribadi tentukan oleh kejujuran, kebangsawanan
dan pengalaman
|
Kualitas pribadi lebih ditentukan oleh sistem hirarki dan
birokrasi
|
9
|
Pola Kepemimpinan
|
Kualitas pribadi ditentukan oleh kejujuran,
kebangsawanan, dan pengalaman
|
Kualitas pribadi lebih ditentukan oleh sistem hirarki dan
birokrasi
|
10.
|
Solidaritas Sosial
|
Solidaritas sangat tinggi tampak dalam gotong-royong,
musyawarah dalam berbagai macam kegiatan
|
Solidaritas masih berorientasi pada kepentingan tertentu.
|
Bab
III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kelompok
Sosial adalah sekumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan
dan saling berinteraksi. Bergabung dengan sebuah kelompok adalah suatu pilihan.
Namun terdapat dua faktor yang mengarahkan kepada pilihat tersebut yaitu
kedekatan dan kesaman. Semakin dekat sesoerang maka mereka semakin sering
saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Jadi, kedekatan fisik merupakan
peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang menjadi terbentuknya
kelompok sosial. Namun tidak hanya itu, kelompok juga terbentuk karena adanya
kesamaan antar anggota-anggotanya. Kesamaan artinya, kesamaan minat,
kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelegensi, atau karakter personal lain.
3.2 Saran
Sebagai makhluk yang diberi kelebihan oles
sang Pencipta, hendaknya kita dapat memanfaatkan sebagik-baiknya anugerah yang
diberi oleh-Nya.
Manusia berbeda dengan makhluk
hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan kemauan yang kuat. Dengan
akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat menjadi makhluk yang
lebih dari makhluk lainnya dan Mampu Berinteraksi dengan satu individu dengan
individu yang lainnya sehingga tercipta menjadi satu kelompok.
Daftar Pustaka
Anonim. (2014). “Kelompok Sosial”. [Online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sosial [07 September 2014]
Mansyur, Cholil. (1980).
Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya : Usaha Nasional
Saidang, (2007). Sosiologi untuk SMA Kelas X. Solo : CV
Hamka MJ
Saidang. (2010). Sosiologi untuk SMA Kelas XI. Solo : CV
Hamka MJ
Soekanto, Soerjono (2013).
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar