BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Istilah “Research” belakangan ini ditanah air kita menjadi istilah yang
sangat populer dan eksklusif. Bahkan, istilah ini tidak jarang dipakai orang
untuk menaikkan gengsi atau status sosialnya,baik pribadi atau kelompok,
termasuk pekerjaannya. Lebih jauh, istilah ini sudah begitu jauh memasuki
wilayah perdesaan kita. Rakyat tampaknya sudah hampir fasih menyebutnya “riset”
dan setiap rombongan yang memasuki desa dianggap tim riset. Apalagi bila
diketahui, rombongan itu menanyakan berbagai hal yang bagi penduduk sering
tidak terpikirkan sebelumnya. Namun, mengertikah mereka apa dan bagaiamana itu
riset ? Apa yang diriset? Berapa lama dan dimana dilkukan ? Bagaimana
melaksanakan suatu riset?.
Kita melihat sejak zaman dahulu
hingga sekarang ini terdapat banyak perubahan, terutama di dalam lingkungan
kehidupan sosial dan perlengkapan sosialnya (materi dan non materi) baik secara
lambat maupun cepat. Minsalnya, penemuan
Benua Amerika oleh Colombus disebabkan keinginannya mencoba kebenaran
pendapatnya bahwa bumi ini tidak rata dan mempunyai jurang dalam yang tidak
berdasar. Akan tetapi, ternyata bumi ini bulat seperti bola. Keinginan mencoba
ini melahirkan kesimpulan bahwa Colombus sudah melakukan suatu riset dalam bentuk
eksperimen untuk membuktikan ramalan atau pendapatnya, walaupun pada saat itu
istilah riset ekslusif mungkin belum tenar dan belum diperhatikan.
Namun, untuk masa – masa mendatang,
mulai zaman kita ini, mau tidak mau kita harus melakukan banyak sekali penelitian
sesuai dengan perkembangan negara kita dan negara- negara lain, agar kita tidak
ketinggalan kemajuan dalam persaingan. Apabila kita mau memulai suatu rencana
dengan melakukan penelitian lebih dahulu,
besar kemungkinan rencana kita itu dapat berjalan lancar, paling tidak
90 % mengarah sukses. Atau, apabila kita menghadapi problem, lebih dahulu kita
teliti problem tersebut agar dapat mengatasinya secara tepat dan cepat.
1.2
Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang yang diuraikan
di atas menimbulkan sebuah Rumusan Permasalahan yaitu :
1.2.1
Untuk
mengetahui apakah Riset itu ?
1.2.2
Apa
saja Mamfaat dari Aktivitas Riset ?
1.2.3
Bagaimana klasifikasi Riset ?
1.2.4
Dan
Apakah Peranan Peneliti dengan Penelitian Operasional ?
1.3 Tujuan
Dan Mamfaat
-
Tujuan
Untuk
Memenuhi Tugas yang diberikan oleh dosen pendamping dan memecahkan permasalahan
yang ada pada makalah tersebut.
-
Mamfaat
Guna
untuk menambah wawasan baik itu secara pribadi atau disalurkan kepada pembaca.
1.4 Metode
Metode
dalam pembuatan Makalah ini menggunakan Metode Tinjauan dengan mengumpulkan
data dari referensi yang terpercaya dan dapat dipertanggungJawabkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.2.1
Apakah
Riset
Banyak sekali pengertian tentang
riset diberikan para ahli, sesuai dengan penekanan tujuan yang diberikanya.
Secara sederhana kita dapat mengartikan research
itu sebagai re dan search, yaitu pencarian kembali atau
penelitian kembali.
Pengertian lain ialah suatu
penelitian atau suatu hal yang ingin kita ketahui. Ada yang menyatakan bahwa
riset ialah suatu usaha untuk memperoleh suatu hal yang baru. Bahkan, ada yang
menghubungkanya dengan ilmu pengetahuan, sehingga melahirkan defenisi bahwa
riset ialah suatu usaha untuk mencari fakta – fakta nyata, prinsip – prinsip,
dan pola –pola konkret untuk melahirkan suatu ilmu, yang ilmiah serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut Prof. Dr. S. Hadibroto,
dalam Methods Research, menyatakan : Research menurut kata –
katanya dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari sesuatu yang baru
atau menambah kepada sesuatu yang telah diketahui. Research (Penelitian) dapat pula diartikan sebagai
pengumpulan keterangan – keterangan untuk menemukan suatu kebenaran secara
ilmiah berdasarkan pemeriksaan yang original dengan hasil berupa fakta - fakta prinsip. Jadi methods research dapat diartikan sebagai berikut: suatu cara usaha
yang sifatnya sistematis dan obyektif dengan maksud untuk memperoleh atau
mengumpulkan keterangan – keterangan (information)
yang teliti secara efisien.
Dan masih banyak lagi para ahli
menanggapi tentang Pengertian Riset oleh “David J.Luck,Hugh G. Wales, Donald A.
Taylor, dalam Marketing Research. J. A. Niels Mulder, dalam Epistemologi
Riset Lapangan. federickL. Withney, dalam The Elements Of Research.
Pauline V. Joung, Ph.D dalam bukunya Scientific Social Surveys and Research. dan
masih banyak yang lainya.
Hampir semua pendapat para ahli
penelitian tersebut menyatakan bahwa riset itu adalah mencari sesuatu yang baru
dari yang telah ada. Sesuatu yang dicari berupa fakta – fakta, yang kegunaanya
dianalisis demi menemukan sautu pendapat, pola, keputusan – keputusan atau decision. Walaupun ada yang
memperdebatkan bahwa decision bukan
bagian dari penelitian, kesimpulan yang diambil serta diberikan kepada
pemerintah atau siapa saja yang akan membuat keputusan. Secara prinsip semua
setuju bahwa riset berguna dan bertujuan untuk mencari jawaban atas suatu
problem yang sedang terjadi, yang merupakan obyek penelitian. Oleh karena itu,
penelitian adalah suatu kegiatan yang sangat penting dan harus dilakukan oleh
siapa saja yang menghadapi problem praktis atau ilmiah.
1.2.2
Mamfaat
Aktivitas Riset
Ferber dan Verdoom, dalam Research
Methods in Economics & Business, menyatakan bahwa ada tiga fase
riset ekonomi, yaitu :
a. Fase
investigation of economic structur :
fase pengumpulan fakta – fakta tentang luas dan keadaan suasana ekonomi., tanpa
pengumpulan data – data ini, sukar dirumuskan garis kebijaksanaan dalam
strategi ekonomi yang akan diambil.
b. Fase
diagnosis : suatu fase penganalisian
atas fakta – fakta yang diperoleh
c.
Fase prognosis
: berdasarkan analisis diagnosis tadi, maka dapat diambil suatu ramalan
keadaan perkembangan ekonomi pada masa – masa yang akan datang. Dan,
berdasarkan ramalan ilmiah, para pemimpin ekonomi mengambl suatu cara didalam
tindakan – tindakanya.
Ketiga fase yang diajukan ini
adalah proses riset itu sendiri. Disini mereka berdua menekankan betapa
pentingnya peranan riset dalam kehidupan ekonomi baik itu pemimpin maupun untuk
orang biasa yang berkecimpung di bidang perdagangan sehari – hari. Mamfaat
riset pada bidang pendidikan, misalnya, menemukan sistem pendidikan yang paling
mendekati kebenaran untuk keberhasilan semaksimal mungking. Demikian juga bagi
ilmu – ilmu pengetahuan lainnya, baik natural
sciences maupun social sciences
secara teoritis sangat penting peranan riset itu. Aktivitas riset merupakan
kegiatan yang sebenarnya penentu bagi setiap rencana dan aktivitas disegala
fenomena kehidupan manusia dan lembaga – lembaga.
Kita harus menanggap bahwa riset
adalah salah satu bagian dari keseluruhan tindakan yang akan kita lakukan.
Jangan sampai tindakan – tindakan dan rencana – rencana kita salah sasaran
akibat kita tidak mengetahui kondisi yang seharusnya kita pertimbangkan.
Bahkan, penemuan – penemuan baru baik invention maupun innovation dilakukan melalui proses riset. Lebih jauh, tanpa riset
sebenarnya kita tidak bisa membuat suatu keputusan yang tepat, cenderung meraba
– raba hasilnya.
Goode & Hatt menyatakan :”interest in research methods is growing
among those job, interest are met specipically sociological. Anyone who has a
serious interest in understanding society must give some thought to the ways in
which sosial facts can be and are gathered, thus we find a range of needs which
the study of research tecniquis may help to satisfy17.
Jadi, semua orang, apalagi para
cendekiawan, pemimpin masyarakat, lembaga dan lain – lain, harus cenderung
tertarik pada kegiatan ini. Dengan demikian, tindakan – tindakan, keputusan – keputusan, perkembangan –
perkembangan, penemuan – penemuan, dapat dilakukan secara tepat dan cermat.
Pada akhirnya, nilai seseorang, pemerintahan, atau lembaga itu ditentukan oleh
keputusan yang diambil.
1.2.3
Klasifikasi
Riset
A.
Riset Kepustakaan atau Library Research
Dalam hal ini, sipeneliti
”berbicara” banyak, “berdialog” banyak dengan buku – buku, arsip – arsip,
dokumen – dokumen tua, jurnal, catatan – catatan, dokumentasi – dokumentasi film-fotografi,
monografi, dokumentasi statistik, diarie,
surat – surat, dan lain – lain.
Jenis riset ini diambil dengan
dasar data – data dilapangan (field
research) sudah ada di dalam buku – buku ataupun terbitan – terbitan
terdahulu, yang dikumpulkan oleh orang lain. Apalagi kalau penelitian kita
dilapangan untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan suatu teori, maka mau
tidak mau library Research ini
harus kita lakukan. Dengan begitu, kita mengetahui teori itu secara jelas
beserta analisis – analisis yang telah dilakukan sehingga menyebabkan lahirnya
teori itu. Penelitian teoretis jenis ini memakai metode dedukatif (methods deducative). Penelitian
kepustakaan ini sangat penting, terutama untuk penelitian prasejarah dan
kepurbakalaan, yang memerlukan pedoman –pedoman di dalam buku – buku dan
risalah – risalah, peninggalan – peninggalan, dan lain – lain. Terlebih lagi
peninggalan yang bentuk dan sifatnya arkeologis.
Library
social card cataloque adalah suatu hal yang harus
diketahui oleh sipeneliti, untuk memudahkannya mencari data deduksi yang
diinginkan. Penggunaan daftar atau kumpulan (“harta-harat”) katalog ini sangat
membantu peneliti, disamping menghemat waktu. Setiap perpustakaan wajib
mempunyai kartu katalog agar para anggotanya mudah untuk mencari buku- buku
atau brosur-brosur yang ditiuju. Kartu katalog dapat dibuat dengan menyebutkan
nama pengarang lebih dahulu, materi yang dibicarakan, penerbitnya, tempat
terbit dan tahun terbitnya, serta terakhir tebal halamanya, seperti tampak
dalam contoh dibawah ini :
Keterangan :
1. Nomor
kode: Hatta, Moh.
2. Nama
Pengarang
3. Tahun
Hidup Pengarang
4. Judul
Karangan
5. Tempat
Terbitnya Karangan
6. Nama
Penerbit
7. Tahun
Terbitnya Karangan
8. Jumlah
Halaman
Atau dapat juga topik karangan
lebih dahulu dituliskan baru pengarangnya dan seterusnya.
|
Dicontoh
itu, dituliskan judul karangan (Law, Primitive) dan bagian yang kita teliti (Crime and Custom in Savage Socity), dan
seterusnya, lalu tempat terbitnya buku, serta nama penerbit. Dengan demikian,
pembaca terbantu untuk mengetahui secara jelas tentang suatu buku. Kita sebagai
peneliti, juga harus membuat kartu-kartu berupa katalog sendiri, untuk
dijadikan pedoman dalam mencari buku yang kita perlukan. Dibawah tulisan kartu
di atas itu, kita tuliskan data-data atau teorinya yang dikutip sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
Sebagian
besar perpustakaan internasional memakai sistem dewey decimal. Code subject matter Dewey decimal system ini dituliskan oleh Goode
& Hatt dalam buku mereka, salah satunya yakni :
I
Main class
Cutter Number : subject matter
000 : general work
100 : philoshopy
200 : religion
300 : sociology
400 : philology
500 : pure science
600 : useful arts
700 : fine arts
800 : literature
900 : history
Inilah
yang dipakai pustakawan untuk mempermudah mereka menyusun buku-buku sesuai
dengan isinya. Minsalnya kita mau mencari sebuah buku Malinowski tentang primitive –law, kalau perpustakaan itu
memakai Dewey Decimal system of
cataloque, kita cari saja kartu C. N. 300. Dari sana kita lihat pula C. N.
Law, yaitu 340, kemudian kita lihat pula kartu no 340 yang menyangkut subyek matter primitive law, kita misalkan no
344-4. Demikianlah kita mempergunakan sistem kartu Dewey ini.
Kita
harus kristis terhadap setiap data yang kita peroleh dari setiap
terbitan-terbitan, karena kemungkinan terbitan itu menjadikan data-data yang
tidak tepat, untuk suatu tujuan tertentu dari penerbitnya atau yang
mempublikasikanya. Sikap kristis ini pun berlaku pada tindakan evaluasi data
yang sedang kita lakukan dalam penelitian kepustakaan itu.
B.
Field Reaseacrh
Field
Research ialah
penelitian lapangan atau penelitian di lapangan. Ada juga yang menamakan
penelitian empiris atau penelitian induksi. Penelitian lapangan ini ada dua
sebab terjadinya, yaitu pertama untuk membuktikan suatu teori benar atau tidak.
Yang kedua yaitu utnuk mencari kemungkinan-kemungkinan dapat atau tidaknya
suatu teori yang baru ditemukan sesudah penelitian lapangan. Sementara itu,
bila penelitian hendak menciptakan suatu teori yang baru dengan riset lapangan,
maka riset demikian dinamakan juga Pure
Scientific Research harus dapat
dipertahankan. Penelitian lapangan di daerah-daerah yang belum begitu dikenal
baik, penelitian lapangan ini dinamakan basic
Research.
Basic
research ini tujuannya
ialah mengumpulkan data –data yang belum banyak dikenal,atau masih kurang
diteliti orang lain. Biasanya pada penelitian basic ini, para peneliti selalu memakai metode deduktif lebih
dulu, lalu dicoba pembuktianya di lapangan. Lebih tepatnya penelitian basic ini memakai metode deskriptif,
yaitu mengenal situasi obyek penelitian itu sepenuhnya.
Bagi para tenaga riset, harus diketahui
bahwa yang dimaksud dengan field research itu bukan hanya penelitian di daerah –
daerah, misalnya, disuatu daerah atau kecamatan atau kabupaten saja, melainkan
juga penelitian di kantor-kantor, rumah-rumah sakit, panti-panti asuhan,
sekolah-sekolah, perkebunan-perkebunan dan sebagainya.
Secara metedologisnya, field research adalah berdasarkan methods of researchnya. perbedaan yang
prinsipil ini kadang-kadang kurang diperhatikan, sehingga banyak yang
menimbulkan kesimpangsiuran, terutama dikalangan mahasiswa atau orang – orang
yang baru mulai belajar metode riset, kadang-kadang juga di antara
tenaga-tenaga peneliti yang sudah kawakan juga. Ketetapan ini perlu dianjurkan
dan diperhatikan.
C.
Laboratory Research
Asal kata dari istilah
laboratorium. Seperti yang kita bayangkan, laboratorium itu adalah suatu ruangan
percobaan-percobaan dengan alat-alat yang halus sampai yang besar serta dari
zat-zat yang sederhana sampai yang sangat halus dan berbahaya. Semuanya
serbaalat, dan orang yang memegangnya harus sudah menguasai penggunaan dan
sifat dari alat-alat dan zat-zat tersebut. Ini dalam ilmu exacta atau Natural Sciences.
Labolatory
research tidak hanya monopoli dari ilmu exacta saja. Juga mengenal ilmu riset labolatorium dengan nama Social Science - Labolatory Research.
Persamaanya dengan ilmu exacta yaitu,
dalam pemakaian metode percobaan atau experimen
methods. Hanya saja percobaan dalam bidang exacta memakai benda – benda mati berupa alat-alat labolatorium dan
zat-zat, sedangkan dibidang sosial mempergunakan manusia atau fenomena –
fenomena kehidupanya sebagai alat dan obyek percobaan. Walaupun demikian bidang
excata juga memakai manusia dan hewan
– hewan lainya sebagai obyek, tetapi bukan kehidupan sosial,kebanyakan
faktor-faktor biologisnya saja.
Menurut pendapat Prof. Steward
Woodston yang pertama kali dan disetujui oleh Pauline V . Joung
memperkenalkannya pada workshop the social science labolatory di
Universitas Washintong tahun 1926. Ia berkata : the purpose of a social science labolatory is to compile, analyze,
test, and interpret masses of data, so that not only students but the public as
will can form definite impression out of and understand friends is society. The
social science labolatory trends to doing together scientifically minded
persons trained in diferencec to carry on cooperative research.
Jadi, kegunaan dari riset
laboratorium ini adalah menjurus pada menganalisis, mengetes, dan menerjemahkan
data-data yang terkumpul. Keuntungan yang dapat diambil, bahwa tenaga-tenaga
ahli peneliti dari bermacam-macam keahlian dalam ilmu-ilmu sosial, dapat
melakukan suatu kerja sama penelitian terhadap problem yang dihadapi. Riset
laboratorium ini akan melahirkan situasi saling mendorong di antara mereka
dalam penelitian-penelitian sosial. Karena itu, kita tidak harus selalu
menganggap bahwa soal riset itu adalah soal mahasiswa dengan universitas maupun
lembaga-lembaga saja, melainkan juga soal masyarakat. Bukan University Centers
tetapi harus Community Centers. Harus terpusat pada komunitas manusia, yaitu
masyarakat.
D.
Experimental
Research, Exploratory Research dll
Metode-metode ini akan disajikan
pada edisi yang sedang penulis persiapkan, dengan bentuk-bentuk penyajian yang
berkembang dan baru pada kesempatan ini belum disajikan.
1.2.4
Peranan
Peneliti dan Penelitian Operasional
A.
Peranan Peneliti
Dalam hal ini yang dimaksud ialah
si peneliti dalam penelitian lapangan. Menurut pengalaman, maka seorang
peneliti lapangan harus mempunyai telinga yang tajam, mata yang cermat,
perasaan yang halus, serta otak cerdas yang cepat bekerja. Si peneliti, dengan
mental dan karakternya sangat menentukan berhasil atau gagalnya dia di dalam
riset proses tadi.
Telinga yang tajam, dipergunakan untuk
mendengar bisik-bisik yang kira mencurigakan, atau mendengar bicara-bicara yang
ditujukan kepada peneliti, kadang-kadang berguna sekali untuk menentukan sikap
peneliti selanjutnya.
Mata yang cermat, harus kita
usahakan agar mata kita mengobservasi situasi diluar atau didalam ruangan
tempat wawancara. Dan ini akan membantu melancarkan penelitian tersebut. Bahkan
keadaan fisik responden secara pribadi harus menjadi perhatian peneliti.
Perasaan yang halus, bisanya
diikuti dengan jiwa yang dimiliki, dapat menyelami perasaan dan sikap serta
situasi responden secara piskologis. Kalau responden adalah seorang yang
emosional dapat dipakai untuk dasar wawancara penelitian. Kalau rasional, maka
sifat ini dapat juga di tunggangi untuk penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti
harus cepat menyesuaikan diri terhadap kondisi responden, di dalam usaha untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Otak harus cepat bekerja, dalam hal
ini menemukan jawaban-jawaban dari keadaan yang diketahui mata, telinga, dan
perasaan harus cepat dianalisis oleh otak untuk mengambil kesimpulan, apa dan
bagaimanakah cara yang tepat untuk memulai dan menyukseskan penelitian sehingga
memuaskan peneliti dan menggembirakan responden.
Demikian pentingnya peranan si
peneliti didalam suatu riset proses itu, sampai seorang Asisten Prof. Sosiologi
dari Universitas Noorthen Illinois mengatakan dalam buku kecilnya “Epistemologi
Riset Lapangan” yakni :
“bagi mereka yang menganggap
sosiologi sebagai ilmu yang tekhnis, bagi suatu ilmu yang mirip ilmu alam,
obyek research menjadi zakelijk saja
dan orang menjadi kesatuan-kesatuan (Units) yang bisa dihitung, dikolerasi dan
dikomputer. Sipenyelidik merupakan bagian situasi ini . Dia akan mengumpulkan
data-data dan mengerjakan data-data ini secara theknis. Kepribadianya hampir
bisa disamakan dengan intelek dan kemampuan teoritis dan analitisnya”20
Pandanganya diatas merupakan suatu
tuduhan, bahwa orang kurang mementingkan peranan si peneliti dalam suatu riset
proses. Mereka menganggap bahwa sipeneliti tidak akan memengaruhi hasil dari
suatu riset. Ada 4(empat) faktor penting dalam suatu proses riset, yaitu :
-
Teori
-
Metode
-
Obyek
-
Sipeneliti
Keempat faktor ini sama pentingya dan sama modalnya
untuk menghasilkan suatu hasil penelitian. Sayangnya, Niels Mulder malah
melupakan pentingnya peranan metode, dia hanya mementingkan 3(tiga) faktor
yaitu: Teori, Obyek, dan Sipeneliti dalam bukunya. Untuk jelasnya hubungan
ketiga faktor itu dia gambarkan dalam suatu skema sebagai berikut :
|
1.
Fase I :
Eksplorasi
Metode : Fenomenologis
Susunan si Penyelidik : Subyektif
2.
Fase II : perumusan teori mengenai obyek (theory of the middle range)
perkembangan teori ini
Peranan si Penyelidik : Mengobyektifkan hasil sementara, mengobyektifkan dirinya
sendiri
3.
Fase III :
teori diperiksa terhadap obyek, mengumpulkan data- data
Secara obyektif dan dengan tujuan yang tetap.
4.
Fase IV :
Analisa semnetara, evaluasi sementara dari hubungan teori
Dan obyek,
evaluasi metode-metode, memperbaiki teori dan
Metode-metode.
5.
Fase V :
seperti fase III
6.
Fase VI :
uraian sistematis dari obyek penyempurnaan, pembuktian dan
Evaluasi teori.
7.
Fase VII :
teori akan dihubungkan dengan teori umum.22
Dari gambar di atas tampak bahwa
ada hubungan pengaruh antara obyek, teori, dan peneliti. Titik tumpu berada
pada hubungan antara teori dan obyek secara timbal balik. Pada fase terakhir
peneliti akan menghasilkan teori umum dari teori-teori yang terbangun pada
fase-fase penelitian sebelumnya.
B.
Penelitian Operasional
Penelitian Operasional (penop) ini
adalah suatu penelitian yang dilaksanakan, dengan hasil penelitian disiapkan
untuk suatu tindakan yang sudah sangat dekat, yang memerlukan suatu dicision making. Penop merupakan bagian
dari penelitian secara umum. Cuma cara kerja penop ini juga didasarkan kepada
metode-metode penelitian umum, yang pelaksanaannya merupakan kerja sama dengan
pihak kedua. Minsalya, di dalam suatu PPN23 terjadi keterangan
sosial:maka direksi PNP tersebut meminta tenaga para ahli peneliti “memeriksa”
masalah tersebut atu ayng akan ditelii dan mengambilkesimpulan - kesimpulan berdasarkan analisis dari data
yang diperoleh.
Prof.
Soedjito Sastrodiharjo, S.H., MA menyatakan :
“penop
ini jelas dilakuakn untuk keperluan praktis dan biasanya oleh pihak luar,
misalnya, industri atau lembaga lainnya. Dengan demikian, di dalam penop ini
kita harus selalu memperhatikan siapa yang membuat keputusan terakhir.
Bagaimana sebaiknya riset kita, jika tidak disetujui oleh pembuat keputusan
terakhir ini, hasil penop kita tidak dapat dipergunakan. Maka mungkin sekali
yang menghubungi kita bukanya pembuat keputusan terakhir ini, melainkan seorang
pelaksana”24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar