Jumat, 15 September 2017

MAKALAH PENGERTIAN RISET DAN MAMFAATNYA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Istilah “Research” belakangan ini ditanah air kita menjadi istilah yang sangat populer dan eksklusif. Bahkan, istilah ini tidak jarang dipakai orang untuk menaikkan gengsi atau status sosialnya,baik pribadi atau kelompok, termasuk pekerjaannya. Lebih jauh, istilah ini sudah begitu jauh memasuki wilayah perdesaan kita. Rakyat tampaknya sudah hampir fasih menyebutnya “riset” dan setiap rombongan yang memasuki desa dianggap tim riset. Apalagi bila diketahui, rombongan itu menanyakan berbagai hal yang bagi penduduk sering tidak terpikirkan sebelumnya. Namun, mengertikah mereka apa dan bagaiamana itu riset ? Apa yang diriset? Berapa lama dan dimana dilkukan ? Bagaimana melaksanakan suatu riset?.
Kita melihat sejak zaman dahulu hingga sekarang ini terdapat banyak perubahan, terutama di dalam lingkungan kehidupan sosial dan perlengkapan sosialnya (materi dan non materi) baik secara lambat maupun  cepat. Minsalnya, penemuan Benua Amerika oleh Colombus disebabkan keinginannya mencoba kebenaran pendapatnya bahwa bumi ini tidak rata dan mempunyai jurang dalam yang tidak berdasar. Akan tetapi, ternyata bumi ini bulat seperti bola. Keinginan mencoba ini melahirkan kesimpulan bahwa Colombus sudah melakukan suatu riset dalam bentuk eksperimen untuk membuktikan ramalan atau pendapatnya, walaupun pada saat itu istilah riset ekslusif mungkin belum tenar dan belum diperhatikan.
Namun, untuk masa – masa mendatang, mulai zaman kita ini, mau tidak mau kita harus melakukan banyak sekali penelitian sesuai dengan perkembangan negara kita dan negara- negara lain, agar kita tidak ketinggalan kemajuan dalam persaingan. Apabila kita mau memulai suatu rencana dengan melakukan penelitian lebih dahulu,  besar kemungkinan rencana kita itu dapat berjalan lancar, paling tidak 90 % mengarah sukses. Atau, apabila kita menghadapi problem, lebih dahulu kita teliti problem tersebut agar dapat mengatasinya secara tepat dan cepat.
1.2  Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang yang diuraikan di atas menimbulkan sebuah Rumusan Permasalahan yaitu :
1.2.1        Untuk mengetahui apakah Riset itu ?
1.2.2        Apa saja Mamfaat dari Aktivitas Riset ?
1.2.3        Bagaimana  klasifikasi Riset ?
1.2.4        Dan Apakah Peranan Peneliti dengan Penelitian Operasional ?

1.3    Tujuan Dan Mamfaat
-          Tujuan
Untuk Memenuhi Tugas yang diberikan oleh dosen pendamping dan memecahkan permasalahan yang ada pada makalah tersebut.

-          Mamfaat
Guna untuk menambah wawasan baik itu secara pribadi atau disalurkan kepada pembaca.

1.4    Metode
Metode dalam pembuatan Makalah ini menggunakan Metode Tinjauan dengan mengumpulkan data dari referensi yang terpercaya dan dapat dipertanggungJawabkan.











BAB II
PEMBAHASAN
1.2.1        Apakah Riset
Banyak sekali pengertian tentang riset diberikan para ahli, sesuai dengan penekanan tujuan yang diberikanya. Secara sederhana kita dapat mengartikan research itu sebagai re dan search, yaitu pencarian kembali atau penelitian kembali.
Pengertian lain ialah suatu penelitian atau suatu hal yang ingin kita ketahui. Ada yang menyatakan bahwa riset ialah suatu usaha untuk memperoleh suatu hal yang baru. Bahkan, ada yang menghubungkanya dengan ilmu pengetahuan, sehingga melahirkan defenisi bahwa riset ialah suatu usaha untuk mencari fakta – fakta nyata, prinsip – prinsip, dan pola –pola konkret untuk melahirkan suatu ilmu, yang ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Prof. Dr. S. Hadibroto, dalam Methods Research, menyatakan : Research  menurut kata – katanya dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari sesuatu yang baru atau menambah kepada sesuatu yang telah diketahui. Research (Penelitian) dapat pula diartikan sebagai pengumpulan keterangan – keterangan untuk menemukan suatu kebenaran secara ilmiah berdasarkan pemeriksaan yang original dengan hasil berupa fakta -  fakta prinsip. Jadi methods research dapat diartikan sebagai berikut: suatu cara usaha yang sifatnya sistematis dan obyektif dengan maksud untuk memperoleh atau mengumpulkan keterangan – keterangan (information) yang teliti secara efisien.
Dan masih banyak lagi para ahli menanggapi tentang Pengertian Riset oleh “David J.Luck,Hugh G. Wales, Donald A. Taylor, dalam Marketing Research. J. A. Niels Mulder, dalam Epistemologi Riset Lapangan. federickL. Withney, dalam The Elements Of Research. Pauline V. Joung, Ph.D dalam bukunya Scientific Social Surveys and Research. dan masih banyak yang lainya.
Hampir semua pendapat para ahli penelitian tersebut menyatakan bahwa riset itu adalah mencari sesuatu yang baru dari yang telah ada. Sesuatu yang dicari berupa fakta – fakta, yang kegunaanya dianalisis demi menemukan sautu pendapat, pola, keputusan – keputusan atau decision. Walaupun ada yang memperdebatkan bahwa decision bukan bagian dari penelitian, kesimpulan yang diambil serta diberikan kepada pemerintah atau siapa saja yang akan membuat keputusan. Secara prinsip semua setuju bahwa riset berguna dan bertujuan untuk mencari jawaban atas suatu problem yang sedang terjadi, yang merupakan obyek penelitian. Oleh karena itu, penelitian adalah suatu kegiatan yang sangat penting dan harus dilakukan oleh siapa saja yang menghadapi problem praktis atau ilmiah.
1.2.2        Mamfaat Aktivitas Riset
Ferber dan Verdoom, dalam Research Methods in Economics & Business, menyatakan bahwa ada tiga fase riset ekonomi, yaitu :
a.       Fase investigation of economic structur : fase pengumpulan fakta – fakta tentang luas dan keadaan suasana ekonomi., tanpa pengumpulan data – data ini, sukar dirumuskan garis kebijaksanaan dalam strategi ekonomi yang akan diambil.
b.      Fase diagnosis : suatu fase penganalisian atas fakta – fakta yang diperoleh
c.       Fase prognosis : berdasarkan analisis diagnosis tadi, maka dapat diambil suatu ramalan keadaan perkembangan ekonomi pada masa – masa yang akan datang. Dan, berdasarkan ramalan ilmiah, para pemimpin ekonomi mengambl suatu cara didalam tindakan – tindakanya.
Ketiga fase yang diajukan ini adalah proses riset itu sendiri. Disini mereka berdua menekankan betapa pentingnya peranan riset dalam kehidupan ekonomi baik itu pemimpin maupun untuk orang biasa yang berkecimpung di bidang perdagangan sehari – hari. Mamfaat riset pada bidang pendidikan, misalnya, menemukan sistem pendidikan yang paling mendekati kebenaran untuk keberhasilan semaksimal mungking. Demikian juga bagi ilmu – ilmu pengetahuan lainnya, baik natural sciences maupun social sciences secara teoritis sangat penting peranan riset itu. Aktivitas riset merupakan kegiatan yang sebenarnya penentu bagi setiap rencana dan aktivitas disegala fenomena kehidupan manusia dan lembaga – lembaga.
Kita harus menanggap bahwa riset adalah salah satu bagian dari keseluruhan tindakan yang akan kita lakukan. Jangan sampai tindakan – tindakan dan rencana – rencana kita salah sasaran akibat kita tidak mengetahui kondisi yang seharusnya kita pertimbangkan. Bahkan, penemuan – penemuan baru  baik invention maupun innovation dilakukan melalui proses riset. Lebih jauh, tanpa riset sebenarnya kita tidak bisa membuat suatu keputusan yang tepat, cenderung meraba – raba hasilnya.
Goode & Hatt menyatakan :”interest in research methods is growing among those job, interest are met specipically sociological. Anyone who has a serious interest in understanding society must give some thought to the ways in which sosial facts can be and are gathered, thus we find a range of needs which the study of research tecniquis may help to satisfy17.  
Jadi, semua orang, apalagi para cendekiawan, pemimpin masyarakat, lembaga dan lain – lain, harus cenderung tertarik pada kegiatan ini. Dengan demikian, tindakan – tindakan,  keputusan – keputusan, perkembangan – perkembangan, penemuan – penemuan, dapat dilakukan secara tepat dan cermat. Pada akhirnya, nilai seseorang, pemerintahan, atau lembaga itu ditentukan oleh keputusan yang diambil.
1.2.3        Klasifikasi Riset
A.                Riset Kepustakaan atau Library Research
Dalam hal ini, sipeneliti ”berbicara” banyak, “berdialog” banyak dengan buku – buku, arsip – arsip, dokumen – dokumen tua, jurnal, catatan – catatan, dokumentasi – dokumentasi film-fotografi, monografi, dokumentasi statistik, diarie, surat – surat, dan lain – lain.
Jenis riset ini diambil dengan dasar data – data dilapangan (field research) sudah ada di dalam buku – buku ataupun terbitan – terbitan terdahulu, yang dikumpulkan oleh orang lain. Apalagi kalau penelitian kita dilapangan untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan suatu teori, maka mau tidak mau library Research ini harus kita lakukan. Dengan begitu, kita mengetahui teori itu secara jelas beserta analisis – analisis yang telah dilakukan sehingga menyebabkan lahirnya teori itu. Penelitian teoretis jenis ini memakai metode dedukatif (methods deducative). Penelitian kepustakaan ini sangat penting, terutama untuk penelitian prasejarah dan kepurbakalaan, yang memerlukan pedoman –pedoman di dalam buku – buku dan risalah – risalah, peninggalan – peninggalan, dan lain – lain. Terlebih lagi peninggalan yang bentuk dan sifatnya arkeologis.
Library social card cataloque adalah suatu hal yang harus diketahui oleh sipeneliti, untuk memudahkannya mencari data deduksi yang diinginkan. Penggunaan daftar atau kumpulan (“harta-harat”) katalog ini sangat membantu peneliti, disamping menghemat waktu. Setiap perpustakaan wajib mempunyai kartu katalog agar para anggotanya mudah untuk mencari buku- buku atau brosur-brosur yang ditiuju. Kartu katalog dapat dibuat dengan menyebutkan nama pengarang lebih dahulu, materi yang dibicarakan, penerbitnya, tempat terbit dan tahun terbitnya, serta terakhir tebal halamanya, seperti tampak dalam contoh dibawah ini :




Keterangan :
1.      Nomor kode: Hatta, Moh.
2.      Nama Pengarang
3.      Tahun Hidup Pengarang
4.      Judul Karangan
5.      Tempat Terbitnya Karangan
6.      Nama Penerbit
7.      Tahun Terbitnya Karangan
8.      Jumlah Halaman
Atau dapat juga topik karangan lebih dahulu dituliskan baru pengarangnya dan seterusnya.

                








    
 
 







            Dicontoh itu, dituliskan judul karangan (Law, Primitive) dan bagian yang kita teliti (Crime and Custom in Savage Socity), dan seterusnya, lalu tempat terbitnya buku, serta nama penerbit. Dengan demikian, pembaca terbantu untuk mengetahui secara jelas tentang suatu buku. Kita sebagai peneliti, juga harus membuat kartu-kartu berupa katalog sendiri, untuk dijadikan pedoman dalam mencari buku yang kita perlukan. Dibawah tulisan kartu di atas itu, kita tuliskan data-data atau teorinya yang dikutip sesuai dengan kebutuhan penelitian.
            Sebagian besar perpustakaan internasional memakai sistem dewey decimal. Code subject matter Dewey decimal system ini dituliskan oleh Goode & Hatt dalam buku mereka, salah satunya yakni :
I
Main class
Cutter Number            : subject matter
000                              : general work
100                              : philoshopy
200                              : religion
300                              : sociology
400                              : philology
500                              : pure science
600                              : useful arts
700                              : fine arts
800                              : literature
900                              : history
            Inilah yang dipakai pustakawan untuk mempermudah mereka menyusun buku-buku sesuai dengan isinya. Minsalnya kita mau mencari sebuah buku Malinowski tentang primitive –law, kalau perpustakaan itu memakai Dewey Decimal system of cataloque, kita cari saja kartu C. N. 300. Dari sana kita lihat pula C. N. Law, yaitu 340, kemudian kita lihat pula kartu no 340 yang menyangkut subyek matter primitive law, kita misalkan no 344-4. Demikianlah kita mempergunakan sistem kartu Dewey ini.
            Kita harus kristis terhadap setiap data yang kita peroleh dari setiap terbitan-terbitan, karena kemungkinan terbitan itu menjadikan data-data yang tidak tepat, untuk suatu tujuan tertentu dari penerbitnya atau yang mempublikasikanya. Sikap kristis ini pun berlaku pada tindakan evaluasi data yang sedang kita lakukan dalam penelitian kepustakaan itu.
B.                 Field Reaseacrh
Field Research  ialah penelitian lapangan atau penelitian di lapangan. Ada juga yang menamakan penelitian empiris atau penelitian induksi. Penelitian lapangan ini ada dua sebab terjadinya, yaitu pertama untuk membuktikan suatu teori benar atau tidak. Yang kedua yaitu utnuk mencari kemungkinan-kemungkinan dapat atau tidaknya suatu teori yang baru ditemukan sesudah penelitian lapangan. Sementara itu, bila penelitian hendak menciptakan suatu teori yang baru dengan riset lapangan, maka riset demikian dinamakan juga Pure Scientific Research harus dapat dipertahankan. Penelitian lapangan di daerah-daerah yang belum begitu dikenal baik, penelitian lapangan ini dinamakan basic Research.
Basic research  ini tujuannya ialah mengumpulkan data –data yang belum banyak dikenal,atau masih kurang diteliti orang lain. Biasanya pada penelitian basic ini, para peneliti selalu memakai metode deduktif lebih dulu, lalu dicoba pembuktianya di lapangan. Lebih tepatnya penelitian basic ini memakai metode deskriptif, yaitu mengenal situasi obyek penelitian itu sepenuhnya.
Bagi para tenaga riset, harus diketahui bahwa yang dimaksud dengan field research  itu bukan hanya penelitian di daerah – daerah, misalnya, disuatu daerah atau kecamatan atau kabupaten saja, melainkan juga penelitian di kantor-kantor, rumah-rumah sakit, panti-panti asuhan, sekolah-sekolah, perkebunan-perkebunan dan sebagainya.
Secara metedologisnya, field research adalah berdasarkan methods of researchnya. perbedaan yang prinsipil ini kadang-kadang kurang diperhatikan, sehingga banyak yang menimbulkan kesimpangsiuran, terutama dikalangan mahasiswa atau orang – orang yang baru mulai belajar metode riset, kadang-kadang juga di antara tenaga-tenaga peneliti yang sudah kawakan juga. Ketetapan ini perlu dianjurkan dan diperhatikan.
C.            Laboratory Research
Asal kata dari istilah laboratorium. Seperti yang kita bayangkan, laboratorium itu adalah suatu ruangan percobaan-percobaan dengan alat-alat yang halus sampai yang besar serta dari zat-zat yang sederhana sampai yang sangat halus dan berbahaya. Semuanya serbaalat, dan orang yang memegangnya harus sudah menguasai penggunaan dan sifat dari alat-alat dan zat-zat tersebut. Ini dalam ilmu exacta atau Natural Sciences.
Labolatory research tidak hanya monopoli dari ilmu exacta saja. Juga mengenal ilmu riset labolatorium dengan nama Social Science -  Labolatory Research. Persamaanya dengan ilmu exacta yaitu, dalam pemakaian metode percobaan atau experimen methods. Hanya saja percobaan dalam bidang exacta memakai benda – benda mati berupa alat-alat labolatorium dan zat-zat, sedangkan dibidang sosial mempergunakan manusia atau fenomena – fenomena kehidupanya sebagai alat dan obyek percobaan. Walaupun demikian bidang excata juga memakai manusia dan hewan – hewan lainya sebagai obyek, tetapi bukan kehidupan sosial,kebanyakan faktor-faktor biologisnya saja.
Menurut pendapat Prof. Steward Woodston yang pertama kali dan disetujui oleh Pauline V . Joung memperkenalkannya pada workshop the social science labolatory di Universitas Washintong tahun 1926. Ia berkata : the purpose of a social science labolatory is to compile, analyze, test, and interpret masses of data, so that not only students but the public as will can form definite impression out of and understand friends is society. The social science labolatory trends to doing together scientifically minded persons trained in diferencec to carry on cooperative research.
Jadi, kegunaan dari riset laboratorium ini adalah menjurus pada menganalisis, mengetes, dan menerjemahkan data-data yang terkumpul. Keuntungan yang dapat diambil, bahwa tenaga-tenaga ahli peneliti dari bermacam-macam keahlian dalam ilmu-ilmu sosial, dapat melakukan suatu kerja sama penelitian terhadap problem yang dihadapi. Riset laboratorium ini akan melahirkan situasi saling mendorong di antara mereka dalam penelitian-penelitian sosial. Karena itu, kita tidak harus selalu menganggap bahwa soal riset itu adalah soal mahasiswa dengan universitas maupun lembaga-lembaga saja, melainkan juga soal masyarakat. Bukan University Centers tetapi harus Community Centers. Harus terpusat pada komunitas manusia, yaitu masyarakat.
D.           Experimental Research, Exploratory Research dll
Metode-metode ini akan disajikan pada edisi yang sedang penulis persiapkan, dengan bentuk-bentuk penyajian yang berkembang dan baru pada kesempatan ini belum disajikan.
1.2.4        Peranan Peneliti dan Penelitian Operasional
A.           Peranan Peneliti
Dalam hal ini yang dimaksud ialah si peneliti dalam penelitian lapangan. Menurut pengalaman, maka seorang peneliti lapangan harus mempunyai telinga yang tajam, mata yang cermat, perasaan yang halus, serta otak cerdas yang cepat bekerja. Si peneliti, dengan mental dan karakternya sangat menentukan berhasil atau gagalnya dia di dalam riset proses tadi.
Telinga yang tajam, dipergunakan untuk mendengar bisik-bisik yang kira mencurigakan, atau mendengar bicara-bicara yang ditujukan kepada peneliti, kadang-kadang berguna sekali untuk menentukan sikap peneliti selanjutnya.
Mata yang cermat, harus kita usahakan agar mata kita mengobservasi situasi diluar atau didalam ruangan tempat wawancara. Dan ini akan membantu melancarkan penelitian tersebut. Bahkan keadaan fisik responden secara pribadi harus menjadi perhatian peneliti.
Perasaan yang halus, bisanya diikuti dengan jiwa yang dimiliki, dapat menyelami perasaan dan sikap serta situasi responden secara piskologis. Kalau responden adalah seorang yang emosional dapat dipakai untuk dasar wawancara penelitian. Kalau rasional, maka sifat ini dapat juga di tunggangi untuk penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti harus cepat menyesuaikan diri terhadap kondisi responden, di dalam usaha untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Otak harus cepat bekerja, dalam hal ini menemukan jawaban-jawaban dari keadaan yang diketahui mata, telinga, dan perasaan harus cepat dianalisis oleh otak untuk mengambil kesimpulan, apa dan bagaimanakah cara yang tepat untuk memulai dan menyukseskan penelitian sehingga memuaskan peneliti dan menggembirakan responden.
Demikian pentingnya peranan si peneliti didalam suatu riset proses itu, sampai seorang Asisten Prof. Sosiologi dari Universitas Noorthen Illinois mengatakan dalam buku kecilnya “Epistemologi Riset Lapangan” yakni :
“bagi mereka yang menganggap sosiologi sebagai ilmu yang tekhnis, bagi suatu ilmu yang mirip ilmu alam, obyek research menjadi zakelijk saja dan orang menjadi kesatuan-kesatuan (Units) yang bisa dihitung, dikolerasi dan dikomputer. Sipenyelidik merupakan bagian situasi ini . Dia akan mengumpulkan data-data dan mengerjakan data-data ini secara theknis. Kepribadianya hampir bisa disamakan dengan intelek dan kemampuan teoritis dan analitisnya”20
Pandanganya diatas merupakan suatu tuduhan, bahwa orang kurang mementingkan peranan si peneliti dalam suatu riset proses. Mereka menganggap bahwa sipeneliti tidak akan memengaruhi hasil dari suatu riset. Ada 4(empat) faktor penting dalam suatu proses riset, yaitu :
-          Teori
-          Metode
-          Obyek
-          Sipeneliti
Keempat faktor ini sama pentingya dan sama modalnya untuk menghasilkan suatu hasil penelitian. Sayangnya, Niels Mulder malah melupakan pentingnya peranan metode, dia hanya mementingkan 3(tiga) faktor yaitu: Teori, Obyek, dan Sipeneliti dalam bukunya. Untuk jelasnya hubungan ketiga faktor itu dia gambarkan dalam suatu skema sebagai berikut :

5.       Obyek
 



1.        Fase I                               : Eksplorasi
Metode                             : Fenomenologis
Susunan si Penyelidik      : Subyektif
2.        Fase II                              :  perumusan teori mengenai obyek (theory of the middle range) 
   perkembangan teori ini
 Peranan si Penyelidik      : Mengobyektifkan hasil sementara, mengobyektifkan dirinya
                                            sendiri
3.        Fase III                            : teori diperiksa terhadap obyek, mengumpulkan data- data
   Secara obyektif dan dengan tujuan yang tetap.
4.        Fase IV                            : Analisa semnetara, evaluasi sementara dari hubungan teori
Dan obyek, evaluasi metode-metode, memperbaiki teori dan
Metode-metode.
5.        Fase V                              : seperti fase III
6.        Fase VI                            : uraian sistematis dari obyek penyempurnaan, pembuktian dan
  Evaluasi teori.
7.        Fase VII                           : teori akan dihubungkan dengan teori umum.22
Dari gambar di atas tampak bahwa ada hubungan pengaruh antara obyek, teori, dan peneliti. Titik tumpu berada pada hubungan antara teori dan obyek secara timbal balik. Pada fase terakhir peneliti akan menghasilkan teori umum dari teori-teori yang terbangun pada fase-fase penelitian sebelumnya.
B.       Penelitian Operasional
Penelitian Operasional (penop) ini adalah suatu penelitian yang dilaksanakan, dengan hasil penelitian disiapkan untuk suatu tindakan yang sudah sangat dekat, yang memerlukan suatu  dicision making. Penop merupakan bagian dari penelitian secara umum. Cuma cara kerja penop ini juga didasarkan kepada metode-metode penelitian umum, yang pelaksanaannya merupakan kerja sama dengan pihak kedua. Minsalya, di dalam suatu PPN23 terjadi keterangan sosial:maka direksi PNP tersebut meminta tenaga para ahli peneliti “memeriksa” masalah tersebut atu ayng akan ditelii dan mengambilkesimpulan -  kesimpulan berdasarkan analisis dari data yang diperoleh.
Prof. Soedjito Sastrodiharjo, S.H., MA menyatakan :
“penop ini jelas dilakuakn untuk keperluan praktis dan biasanya oleh pihak luar, misalnya, industri atau lembaga lainnya. Dengan demikian, di dalam penop ini kita harus selalu memperhatikan siapa yang membuat keputusan terakhir. Bagaimana sebaiknya riset kita, jika tidak disetujui oleh pembuat keputusan terakhir ini, hasil penop kita tidak dapat dipergunakan. Maka mungkin sekali yang menghubungi kita bukanya pembuat keputusan terakhir ini, melainkan seorang pelaksana”24







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Untuk Ibu

                                                       Karya Cici Mulyani ( Muol Muol) Pernah merasa sakit saat jatuh  pernah merasa ...